Berhala Keempat di Muka Bumi (Bag.2): Kisah Nabi Ibrahim dan Kaum Harran
Pada artikel yang lalu [Berhala Keempat di Muka Bumi (Bag. 1): Kisah Nabi Ibrahim dan Kaum Babil] telah diceritakan bagaimana Nabi Ibrahim ‘alaihis salam mendakwahkan kaumnya di Babil untuk menyembah Allah Ta’ala dan meninggalkan berhala-berhala mereka. Namun, Nabi Ibrahim malah diusir kaumnya dan Raja Namrud dan berpindah ke kota Harran (Turki).
Ketika beliau sampai di pintu keluar kota Babil, maka beliau bertemu dengan Nabi Luth ‘alaihis salam yang merupakan keponakannya. Nabi Ibrahim pun mendakwahinya dan ia pun beriman. Allah Ta’ala mengisahkan pertemuan Nabi Ibrahim dengan Nabi Luth dalam firman-Nya,
فَآمَنَ لَهُ لُوطٌ وَقَالَ إِنِّي مُهَاجِرٌ إِلَى رَبِّي إِنَّهُ هُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ
“Maka, Luth membenarkan (kenabiannya). Dan berkatalah Ibrahim, ‘Sesungguhnya aku akan berpindah ke (tempat yang diperintahkan) Tuhanku (kepadaku). Sesungguhnya Dialah Yang Mahaperkasa lagi Mahabijaksana.” (QS. Al-‘Ankabut: 26)
Nabi Ibrahim pun pergi menuju Harran (kota perbatasan negeri Suriah dan Turki), sementara Nabi Luth pergi menuju negeri Syam di daerah Sodom. Ketika Nabi Ibrahim tiba di Harran, beliau menikah dengan Sarah, putri Raja Harran (Lihat Tafsir At-Thobari, 16: 313). Sebagian ulama memandang bahwa Ibrahim sudah menikah dengan Sarah ketika di Babil (Lihat Fathul Bari, 6: 392).
Kaum Harran: Penyembah benda langit
Jika Kaum Nabi Ibrahim ‘alaihis salam di Babil menyembah patung-patung makhluk bumi, sedangkan di Harran kaumnya menyembah benda-benda langit seperti bintang, bulan, dan matahari.
Kisah inilah yang kebanyakan orang beranggapan bahwa Nabi Ibrahim mencari Tuhan, padahal tidak! Nabi Ibrahim adalah orang yang sejak kecil telah di atas fitrah (muslim) (Lihat QS. Al-Anbiya’: 51-52). Dan dalam ayat yang akan disampaikan setelah ini adalah ayat tentang dialog Nabi Ibrahim dengan kaum Harran, bukan ayat tentang beliau mencari Tuhan. Demikianlah metode dakwah Nabi Ibrahim sebelumnya di Babil, juga menggunakan dialog dengan kaumnya agar mereka dapat berpikir.
Baca juga: Kisah Kaum Tsamud
Dialog dengan kaum Harran
Allah mengisahkan dialog Nabi Ibrahim dan kaum Harran agar kaumnya dapat berfikir. Allah Ta’ala berfirman,
وَكَذَلِكَ نُرِي إِبْرَاهِيمَ مَلَكُوتَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَلِيَكُونَ مِنَ الْمُوقِنِينَ
“Dan demikianlah Kami perlihatkan kepada Ibrahim tanda-tanda keagungan (Kami yang terdapat) di langit dan bumi dan (Kami memperlihatkannya) agar dia termasuk orang yang yakin.” (QS. Al-An’am: 75)
Kepada para penyembah bintang beliau berkata,
فَلَمَّا جَنَّ عَلَيْهِ اللَّيْلُ رَأَى كَوْكَبًا قَالَ هَذَا رَبِّي فَلَمَّا أَفَلَ قَالَ لَا أُحِبُّ الْآفِلِينَ
“Maka ketika malam telah gelap, dia melihat sebuah bintang (lalu) dia berkata, ‘Inilah Tuhanku.’ Tetapi tatkala bintang itu tenggelam (hilang) dia berkata, ‘Saya tidak suka kepada yang tenggelam.’“ (QS. Al-An’am: 76).
Kemudian kepada para penyembah bulan, beliau berkata,
فَلَمَّا رَأَى الْقَمَرَ بَازِغًا قَالَ هَذَا رَبِّي فَلَمَّا أَفَلَ قَالَ لَئِنْ لَمْ يَهْدِنِي رَبِّي لَأَكُونَنَّ مِنَ الْقَوْمِ الضَّالِّينَ
“Kemudian tatkala dia melihat bulan terbit dia berkata, ‘Inilah Tuhanku.’ Tetapi, setelah bulan itu terbenam, dia berkata, ‘Sesungguhnya jika Tuhanku tidak memberi petunjuk kepadaku, pastilah aku termasuk orang yang sesat.’“ (QS. Al-An’am: 77)
Untuk para penyembah matahari, beliau pun berkata,
فَلَمَّا رَأَى الشَّمْسَ بَازِغَةً قَالَ هَذَا رَبِّي هَذَا أَكْبَرُ فَلَمَّا أَفَلَتْ قَالَ يَاقَوْمِ إِنِّي بَرِيءٌ مِمَّا تُشْرِكُونَ
“Kemudian tatkala ia melihat matahari terbit, dia berkata, ‘Inilah Tuhanku, ini yang lebih besar.’ Maka, tatkala matahari itu terbenam, dia berkata, ‘Hai kaumku, sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan.’” (QS. Al-An’am: 78)
Beliau kemudian menutup dialog kepada kaumnya dan menegaskan bahwa beliau berada di atas agama tauhid,
إِنِّي وَجَّهْتُ وَجْهِيَ لِلَّذِي فَطَرَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ حَنِيفًا وَمَا أَنَا مِنَ الْمُشْرِكِينَ
“Sesungguhnya aku menghadapkan diriku kepada Rabb yang menciptakan langit dan bumi, dengan cenderung kepada agama yang benar, dan aku bukanlah termasuk orang-orang yang mempersekutukan Tuhan.” (QS. Al-An’am: 79)
Kaumnya pun tidak terima karena mereka dikatakan berbuat kesyirikan. Bahkan, kaumnya menakut-nakuti Nabi Ibrahim dengan sesembahan mereka. Akan tetapi, Nabi Ibrahim tidak peduli terhadap ancaman mereka. (Lihat kelanjutan ayat QS. Al-An’am: 80-81)
Akhirnya Nabi Ibrahim ‘alaihissalam pun diusir oleh kaumnya dari Harran. Nabi Ibrahim membawa istrinya Sarah dari Harran melintasi negeri Mesir.
Ada banyak kisah terkait Nabi Ibrahim yang tidak kita bahas pada artikel “Berhala Keempat di Muka Bumi” ini. Semoga pembaca dapat membaca kisah selanjutnya pada artikel-artikel sahih yang lain. Kisah-kisah tersebut seperti: 1) Kisah Nabi Ibrahim pergi dari Harran menuju Mesir dan bertemu Raja mata keranjang di sana; 2) perjalanan Nabi Ibrahim menemani Hajar dan Ismail ke Makkah; 3) kisah Nabi Ibrahim menjamu tamu-tamu malaikat (pada kisah Nabi Luth); 4) Nabi Ibrahim ketika membangun kakbah bersama Nabi Ismail; 5) penyembelihan Nabi Ismail; 6) Nabi Ibrahim menyuruh Nabi Ismail mengganti istrinya; dan kisah-kisah lainnya.
[Selesai]
Baca juga: Kisah Kaum ‘Ad
***
Penulis: Arif Muhammad Nurwijaya, S.Pd.
Artikel asli: https://muslim.or.id/85180-kisah-nabi-ibrahim-dan-kaum-harran.html